Oleh: Gratia Wing Artha*
OPINI - Bertepatan dengan perayaan natal pada 25 Desember 2019 ini MUI mengeluarkan suatu kebijakan bahwasannya masyarakat yang beragama islam tidak diperkenankan mengucapkan selamat natal dan yang diperkenankan mengucapkan selamat natal hanya wakil presiden. Maka, dapat reaksi masyarakat yang beragama islam dan beragama kristen merasa kebijakan yang ditetapkan oleh MUI ini terbilang cukup mengagetkan dan agak meresahkan toleransi dalam beragama. Dalam hal ini tindakan MUI dengan mengambil kebijakan yang sangat diskriminatif dan menimbulkan distoleransi dalam masyarakat Indonesia yang sudah sejak lama menghormati dan menjunjung dengan hormat toleransi serta keberagaman agama.
Bila kita mencermati sejarah secara lebih dalam dan teliti sebenarnya islam sejak awal sudah mengajarkan toleransi dalam beragama. Yang mana dapat dilihat dari Nabi Muhamad yang sangat menghargai raja Negus dari Abisinia (Ethiopia) yang beragama Kristen. Hal ini dilanjutkan oleh para sahabatnya salah satunya adalah Khalifah Umar Ibnu Khatab yang menegaskan pada para gubernurnya agar tidak memaksakan para penduduk yang yang beragama kristen yang sebelumnya hidup dalam pengaaruh kekaisaran Romawi untuk memeluk islam.
Para gubernur pada masa Khalifah Umar Ibnu Khatab selalu mengucapkan selamat natal kepada penduduk yang menganut agama kristen dan menghormati kepercayaan mereka. Di Mesir Sultan Shalahudin Al- Ayubi sangat menghormati kepercayaan penduduk yang beragama kristen yang disebut sebagai saudara kita umat Qibti serta menghormati dengan sangat memanusiakan para pendeta- pendeta agama kristen. Bahkan, Sultan Shalahudin Al- Ayubi ketika perayaan natal mengucapkan selamat natal kepada umat Qibti dan para pendeta agama kristen di Mesir.
Begitu pula sebaliknya ketika perayaan hari besar islam umat Qibti dan para pemuka agama kristen di Mesir dengan sangat hormat mengucapkan selamat atas hari besar Islam kepada umat Islam Mesir dan Sultan Shalahudin beserta keluarga istana. Oleh karenanya sangat tepat bila kita mempelajari sejarah kemasan Islam pada masa Dinasti Abasiyah di Baghdad dan Dinasti Umayah di Andalusia Spanyol. Di Baghdad Khalifah Harun Ar- Rasyid mempekerjakan para ilmuwan dan pakar- pakar yang beragama Kristen untuk menerjemahkan buku- buku filsafat dan ilmu pengetahuan peninggalan Yunani, Romawi, Sumeria, India, dan Mesir.
Ketika perayaan natal Khalifah Harun Ar- Rasyid mengucapkan selamat natal kepada para pakar dan ilmuwan yang membantu pengemangan keilmuwan di Baghdad dan memberikan kepada mereka hadiah- hadiah yang bernilai tinggi sebagai ungkapan terimakasih atas kerja keras mereka membantu mencerdaskan rakyat kerajaan Baghdad.
Sementara itu di Kerajaan Cordoba yang menjadi pusat kekuasaan Dinasti Umayah Seorang penguasa yang bernama Abdurahman Ad- Dakhil mendatangkan sarjana- sarjana kristen dari Yunani dan Romawi untuk menyalin manuskrip- manuskrip Kuno yang berisi ilmu pengetahuan dan pemikiran yang berharga serta sarajan- sarjana Kristen tersenbut diminta membuat karya berupa buku ilmu pengetahuan eksakta, filsafat, dan Seni untuk memajukan ilmu pengetahuan di Wilayah Cordoba.
Penguasa Umayah Abdurahman Ad- Dakhil dan umat islam selalu mengucapkan selamat natal kepada umat kristen yang tinggal di daerah kekuasaan kerajaan Dinasti Umayah di Cordoba, Umat kristen beserta pembesar istana yang beragama kristen juga mengucapkan selamat kepada raja Abdurahman Ad- Dakhil.
Tokoh NU K.H Wahid Hasyim selalu mengucapkan selamat Natal kepada sahabat – sahabatnya yang beragama Kristen seperti I.J Kasimo, Wiliem Buhler seorang konsulat jerman di Jakarta serta para tokoh bangsa yang beragama Kristen. Gusdur juga mencontohkan umat islam untuk senantiasa menghormati keberagaman agama. Yang mana salah satu jalannya yaitu, beliau senantiasa mengucapkan selamat natal dan selamat ketika perayaan hari besar agama lain.
Dari sini bisa dilihat bahwa sejarah sudah menunjukan islam adalah agama yang sangat menghormati toleransi. Namun, mengapa masyarakat berfikir sempit dan terkotak- kotak ( mudah memberikan stigma terhadap perbedaan). Apakah masyarakat sudah lupa akan toleransi. Padahal seperti yang diajarkan oleh PROF. Mukti Ali sangat menekankan keterbukaan dan toleransi dalam melaksanakan keberagaman agama.
Dengan begitu sangat diharapkan agar masyarakat yang berbeda agama baik itu islam maupun Kristen serta agama- agama lain dapat bersatu dalam perbedaan. Karena pada hakikatnya Tuhanlah yang menciptakan perbedaan agar manusia bisa belajar menghargai dan menjadi lebih toleran dengan konsensus perbedaan yang selama ini sudah menjadi fitrah dari Tuhan yang Maha Arif dan Bijaksana.
_________________
*Penulis adalah Dosen Fisip Universitas Nasional Jakarta
COMMENTS