Oleh: Yudi Latif
OPINI - Kepada anak-anak Nusantara masa depan, kuhembuskan buku ini di dada kalian seperti sebutir cahaya yang menetes dari langit kenangan, seperti doa yang berlayar menembus kabut zaman. "Apa Jadinya Dunia Tanpa Indonesia?" —bukan sekadar pertanyaan, melainkan cermin yang memantulkan kemuliaan asal usulmu.
Kalian terlahir dari rahim samudra, dari gugus pulau yang berserak bagai permata di sabuk khatulistiwa.Tanah airmu bukan daratan biasa —ia adalah taman cahaya di garis tengah bumi, tempat matahari belajar tersenyum, tempat hutan dan laut saling berpelukan dalam bahasa rahasia kehidupan.
Di bawah langit tropis yang lembut dan menyala, lahir peradaban yang dahulu menerangi dunia—perahu yang berlayar hingga ke ujung cakrawala, pusaka yang menulis hikmah di daun lontar dan batu karang. Dari nadi nenek moyangmu mengalir darah keberanian, dari napas mereka mengalun nyanyian kebijaksanaan.
Anak-anakku, berjalanlah di panggung dunia dengan langkah lembut namun pasti. Bukan untuk menyombongkan diri, melainkan untuk menegakkan martabat yang diwariskan angin dan ombak. Ingatlah —jika dari tanah ini dulu memancar mata air kecemerlangan, tak ada kabut yang dapat memadamkan sinarnya di masa depan.
Buku ini adalah lentera kecil yang kutitipkan di genggamanmu: menyala dari bara masa lalu
untuk menuntun perjalananmu ke puncak masa depan. Nyalakanlah kembali api kejayaan Indonesia —bukan untuk membakar, melainkan untuk menerangi.
Sebab warisan kecemerlangan itu kini hidup di dadamu, menunggu untuk kembali bersinar seperti fajar yang tak pernah lelah menemukan pagi di setiap zaman.

COMMENTS